Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

About

Blogroll

Popular Posts

salju

Blogger templates

Pages

Pages - Menu

Blogger templates

About

Blogroll

Super Kawaii Cute Cat Kaoani

Like Us Facebook

Syirkah, Musaqah, Muzara'ah dan Mukhabarah

Syirkah, Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah


Syirkah dan Tata Caranya dalam Islam

Syirkah merupakan hubungan kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keuntungan. Dalam hadis qudsi, dijelaskan bahwa Allah Swt. adalah pihak ketiga dan dua yang bersyarikat. Allah Swt. akan menolong setiap orang yang tetap mempertahankan hubungan kerja sama yang baik. Akan tetapi, jika salah satu dari keduanya berkhianat maka Allah akan mencabut kemajuan yang telah Allah berikan tersebut. 

1. Pengertian dan Macam Syirkah 
Menurut bahasa, syirkah adalah persekutuan, kerja sama, atau bersama-sama. Menurut istilah, syirkah adalah suatu kerja sama usaha antara dua orang atau lebih di bidang modal atau jasa, dengan menetapkan pembagian hasil keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat. 
Syirkah sangat baik dilakukan karena memiliki banyak manfaat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerja sama (syirkah) ada yang bersifat antar-pribadi, antargroup, bahkan antarnegara. 
Syirkah yang terjadi di masyarakat biasanya dilatar belakangi atau didorong adanya keinginan untuk saling menolong dalam hal kebaikan dan keuntungan bersama. 
Sehubungan dengan hal tersebut, Allah Swt. berfirman dalam Surah al-Ma'idah Ayat 2 sebagai berikut.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ 
Artinya:
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan ... (QS al-Ma'idah/5 : 2) 

2. Macam-Macam Syirkah 
Secara garis besar, syirkah dibedakan menjadi dua, yaitu syirkah amlak dan 'uqud.
a. Syirkah Amlak (Syirkah Kepemilikan) 
Syirkah amlak terwujud karena wasiat atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu aset dimiliki oleh dua orang atau lebih. 
b. Syirkah 'Uqud (Syirkah Kontrak atau Kesepakatan) 
Syirkah 'uqud terjadi karena kesepakatan dua orang atau lebih mengadakan kerja sama dalam syarikat modal untuk usaha, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Syirkah 'uqud dibedakan menjadi empat macam, yaitu syirkah 'inan, syirkah a'mal, muwafadah, dan syirkah wujuh.
1) Syirkah 'Inan (Harta) 
Syirkah harta adalah akad kerja, sama dibidang permodalan sehingga terkumpul sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw., diriwayatkan sebagai berikut. 
قال رسو الله عليه وسلم قال الله تعالى إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَإِذَا خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا
Artinya: 
Rasulullah saw. bersabda, ”Allah Swt. berfirman, 'Saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama seorang di antaranya tidak mengkhianati yang lain. Maka apabila berkhianat salah seorang di antara keduanya, Saya keluar dari perserikatannya itu." (H.R. Abu Dawud: 2936) 
Sebagian fuqaha berpendapat bahwa syirkah seperti yang diterangkan dalam sabda Rasulullah saw. tersebut adalah syirkah dagang atau disebut juga dengan qirad. 
2) Syirkah a'mal (serikat kerja/ syirkah 'abdan) 
Syirkah a' mal adalah bentuk kerja sama dua orang atau lebih yang bergerak di bidang jasa (pelayanan) atau pekerjaan, dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan. 
3) Syirkah Muwafadah 
Syirkah muwafadah adalah kontrak kerja sama dua orang atau lebih dengan syarat kesamaan modal, kerja, tanggung jawab, beban utang, dan kesamaan laba yang didapat.
4) Syirkah Wujuh (Syirkah Keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik serta ahli dalam bisnis. 

3. Rukun dan Syarat Syirkah 
Rukun dan syarat syirkah adalah sebagai berikut.
a. Anggota yang berserikat disyaratkan balig, berakal sehat, atas kehendak sendiri, dan mengetahui pokok-pokok perjanjian.
b. Adanya syarat pokok-pokok perjanjian, yaitu
1) modal pokok yang dioperasikan harus jelas, 
2) modal-modal dari orang yang bersyirkah harus bercampur,
3) anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas, dan
4) yang disyarikatkerjakan (objeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
c. Adanya sigat dengan syarat, yaitu akad kerja sama harus menjelaskan perjanjian pembagian untung dan rugi. Misalnya, pembagian untung dan rugi berdasarkan modal masing-masing. 

4. Hukum dan Hikmah Syirkah
Pada prinsipnya hukum syirkah adalah mubah/boleh. Namun, apabila terjadi penyimpangan oleh anggota syarikat maka hal itu tidak dibenarkan. Syirkah kerja ini menurut mazhab Syafi'i tidak sah dan tidak diperbolehkan.
Adapun hikmah syirkah bagi mereka yang melaksanakan, antara lain sebagai berikut:
a. meningkatkan daya saing produksi karena ada tambahan modal yang besar;
b. meningkatkan hubungan kerja sama antarkelompok sosial dan hubungan bilateral antarnegara; 
c. memberi kesempatan kepada pihak yang lemah ekonominya untuk bekerja sama dengan pihak ekonomi yang lebih kuat; 
d. menampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. 

Musaqah dan Tata Caranya dalam Islam

1. Pengertian Musaqah 
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan penggarap. Dengan kerja sama tersebut, diharapkan menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya menjadi milik kedua belah pihak menurut perjanjian yang telah disepakati. Musaqah merupakan salah satu bentuk qirad dalam bidang usaha memelihara kebun. 
Adapun dasar pelaksanaan musaqah adalah hadis Rasulullah saw. berikut.
عن ابن عمران رسول الله صلى الله عليه وسلم عا مل اهل خيبر بشطرمايخرجمنهامن ثمراوزرع . رواه مسلم
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi saw. telah memberikan kebun beliau kepada penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan memperoleh bagian dari penghasilannya, baik dari buah-buahan ataupun hasil tanamannya. (H.R. Muslim: 2896) 
Musaqah merupakan bentuk kerja sama usaha pertanian antara pemilik kebun dan petani (penggarap) untuk mengolah kebun (menyirami dan memeliharanya). Hasil dari kebun tersebut dibagi kedua belah pihak (pemilik kebun dan penggarap), dengan perjanjian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. Misalnya, perbandingan bagian untuk pemilik kebun dan penggarap adalah 50 : 50; 60 : 40; 70 : 30; dan sebagainya. 
Musaqah hukum asalnya mubah atau boleh. Jika ditinjau dari segi mengikuti sunah Rasulullah maka musaqah hukumnya sunah, sebagaimana diterangkan dalam hadis tersebut yang mencontohkan cara kerja sama yang baik antara Nabi saw. sebagai pemilik kebun dan penduduk Khaibar sebagai penggarap. 
Kerja sama semacam ini sangat positif, mengingat banyak pemilik kebun yang tidak mampu mengelola kebunnya sehingga tidak produktif. Adanya kerja sama semacam ini, pemilik tanah kebun dan penggarap sama-sama diuntungkan. Keduanya memperoleh manfaat dari kebun yang tadinya tidak produktif. 

2. Rukun Musaqah 
Rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan. Rukun musdqah adalah
a. pemilik kebun;
b. penggarap; 
c. tanaman yang dipelihara; 
d. pekerjaan, dengan ketentuan yang jelas waktu, jenis, dan sifatnya; 
e. hasil kebun berupa buah, daun, kayu, atau yang lainnya; 
f. akad, yakni ijab qabul yang berbentuk tulisan, lisan, dan lainnya yang dapat dipahami kedua belah pihak. 

3. Syarat Musaqah 
Untuk dapat terselenggaranya suatu kerja sama di bidang Musaqah harus terpenuhinya syarat berikut.
a. Akad (dilaksanakan sebelum pekerjaan penggarapan dimulai).
b. Tanaman (tanaman yang ditanam harus jelas dan dapat dilihat oleh mata)
c. Waktu pemeliharaan, harus jelas, misalnya 1 tahun, 2 tahun dan sebagainya,
d. Bagian hasilnya harus jelas. 

4. Hikmah Musaqah
Musaqah mempunyai beberapa hikmah, antara lain:
a. terjalinnya kerja sama antara yang kaya dan miskin sebagai perwujudan ukhuwah islamiah; 
b. memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki kebun sehingga ia mempunyai penghasilan; 
c. sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya;
d. menghindari paktik yang tidak adil antara pemilik kebun dan penggarap. 

Muzara’ah dan Mukhabarah dan Tata Caranya dalam Islam

Muzara'ah dan mukhabarah disyariatkan dalam Islam dengan tujuan memberi kemanfaatan pada kedua belah pihak yang bersyarikat.

1. Pengertian Muzara'ah dan Mukhabarah 
Muzara'ah adalah bentuk kerja sama antara pemilik tanah sawah (ladang) dan penggarap untuk mengolah dan memelihara tanah sawah (ladang), dengan perjanjian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam kerja sama ini, bibit tanaman dari pihak pemilik sawah (kebun). 
Mukhabarah adalah bentuk kerja sama yang terjadi antara pemilik tanah sawah (ladang) dan penggarap tanah untuk mengolah dan memelihara tanah sawah (ladang), dengan perjanjian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam kerja sama ini, bibit tanaman berasal dari penggarap tanah sawah (ladang). Biaya pengerjaan dan benih ditanggung pihak penggarap/pengolah tanah. 
Perbedaan antara muzara'ah dan mukhabarah terletak pada benih tanaman yang akan ditanam. Pada muzara'ah, benih tanaman berasal dari pemilik tanah; sedangkan pada mukhabarah, benih tanaman berasal dari penggarap. 
Pada umumnya muzara'ah sebagai bentuk kerja sama pertanian untuk tanaman yang benihnya berharga mahal. Misalnya, cengkih, kopi, salak pondoh, pisang jenis unggul, dan sebagainya. Pada mukhabarah dilaksanakan pada usaha pertanian yang benihnya berharga murah, seperti jagung, kacang, dan sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan benih yang harganya relatif murah pun juga diterapkan pada kerja sama muzara'ah. 
Prinsip dalam muzara'ah dan mukhabarah masing-masing pemilik tanah dan penggarap harus dapat mengambil faedah atau manfaat dari kerja sama tersebut, secara adil yang disepakati kedua belah pihak. 

2. Dasar Pelaksanaan Muzara'ah
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadis sebagai berikut. 
أَنَّهُ دَفَعَ إِلَى يَهُودِ خَيْبَرَ نَخْلَ خَيْبَرَ وَأَرْضَهَا عَلَى أَنْ يَعْتَمِلُوهَا مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَلِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَطْرُ ثَمَرِهَا
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. menyerahkan kepada orang-orang Yahudi Khaibar kebun kurma Khaibar dan tanah-tanahnya dengan perjanjian mereka akan mengerjakannya dengan modal mereka dengan syarat mendapat separuh dari buahnya itu. (H.R. Muslim: 2898)
Konsep kerja sama muzara'ah yang dicontohkan Nabi saw. adalah saling menguntungkan dan saling mendapat faedah dari kerja sama yang dilakukan. Meskipun demikian, Nabi saw. pernah melarang kerja sama muzara'ah karena terdapat unsur-unsur penipuan, kesamaran, juga bertentangan dengan jiwa keadilan. Misalnya, persyaratan yang diberikan para sahabat kepada penggarap, yakni ketentuan tanah dan sewanya dari hasil tanah tersebut, baik berupa takaran atau timbangan, sedangkan sisanya untuk yang menggarap atau mungkin masih dibagi dua lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut. 
كنااكثراهل المدينه مزدرعا, كنانكري الأرض بالناحية منها مسمى لسيدالأرض قال : فممايصاب ذلك وتسلم الأرض ومما يصاب الأرض ويسلم ذلك, فنهينا ... (رواه الخاي)
Artinya: Kami pemilik tanah di Madinah yang paling banyak melakukan muzara'ah, kami menyewakan tanah, satu bagian daripadanya ditentukan untuk pemilik tanah. Maka kadang-kadang si pemilik tanah itu ditimpa suatu musibah, sedangkan tanah yang lain selamat, dan kadang-kadang tanah yang lain itu ditimpa musibah, sedang ia selamat, oleh karenanya kami dilarang. (H.R. al-Bukhori; 2159)

3. Hukum Muzara'ah dan Mukhabarah. 
Hukum asl muzara'ah adalah mubah. Akan tetapi apabila dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan kecurangan dari salah satu pihak maka kerja sama ini tidak boleh dilaksanakan. Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut. 
انكان هذاشأ نكم فلا تكرواالمزارع . رواه ابوداود
Artinya: Jika persoalanmu, janganlah kamu menyewakan tanah.  (HR.  Abu Dawud: 2942)
Hukum mukhabarah sama seperti muzara'ah. Hadis Rasulullah Saw. yang berkaitan dengan mukhabarah, antara lain sebagai berikut. 
عَنْ طَاوُسِ أَنَّهُ كَانَ يُخَبِرُ, قَالَ عَمْرٌو فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَن لَوْ تَرَكْتَ هَذِهِ الْمُخَابَرَةَ فَاءِنَّهُمْ يَزْعُمُوْنَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلى اللّه عَليه وسلم نَهَى عَنِ الْمُخَاب ةِ فَقَالَ أَيْ عَمْرٌو : أَخْبِرْنِى أَعْلَمُهُمْ بِذَالِكَ يَعْنِى ابْنَ عَبَّاسٍ أَننَّ النَّبيَّ صلى اللّه عليه وسلم لَمْ يَنْهَ عَنْهَا إِنَّمَاقَالَ يَمْنَحُ أَ حَدُكُمْ أَخَاهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْ خُذُ عَلَيْهَا خَرْجًا مَعْلُوْمًا (رواه مسلم)  
Artinya : Dari Tawus r.a. bahwa ia senang mengatakan mukhabarah. Amru berkata lalu aku katakan kepadanya, ”Ya Aba Abdurrahman, jika engkau tinggalkan Mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi saw. telah melarang mukhabarah”. Lantas Tawus r.a. berkata, ”Hai Amru, telah menceritakan kepadaku orang yang sungguh-sungguh mengetahui akan hal itu, hanya beliau berkata, ”Seseorang memberi manfaat kepada saudaranya, lebih baik daripada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu dengan upah tertentu'.” (H.R. Muslim: 2893) 

4. Zakat Muzara'ah dan Mukhabarah 
Zakat sesungguhnya diwajibkan kepada orang mampu (mencapai batas nisab dan telah dimilikinya selama satu tahun). Namun, dalam Al-Qur'an Surah al-An'am/6 Ayat 141, Allah Swt. berfirman sebagai berikut. 
كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ ...
Artinya:
... Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya… (QS. al-An'am/6: 141) 
Dalam pengertian harta hasil pertanian muzara'ah dan mukhabarah, boleh jadi salah satu atau kedua-duanya (pemilik tanah dan penggarap) bersama-sama membayar zakat, ketika hartanya sampai nisab. Berdasarkan ayat di atas, waktu pembayaran zakatnya adalah pada saat memetik hasil pertanian. 
Apabila ditinjau dari siapakah benih yang ditanam, pada muzara'ah yang wajib membayar zakat adalah pemilik tanah karena benih berasal darinya, yang berarti pemilik yang menanam dan penggarap hanya mengambil upahnya. 
Pada mukhabarah yang wajib membayar zakat adalah penggarap karena yang menanam tanaman, sedangkan pemilik tanah hanya mengambil sewanya. Jika benih dari keduanya maka wajib zakat bagi keduanya.

5. Hikmah Musaqah, Muzara'ah, dan Mukhabarah 
Pada dasarnya antara musaqah, muzara'ah, dan mukhabarah ketiganya mempunyai hikmah yang sama karena ketiganya merupakan kerja sama antara pemilik kebun, tanah atau ladang dan penggarap, antara lain sebagai berikut:
a. terjalinnya kerja sama antara yang kaya dan yang miskin, sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah;
b. memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki tanah/ladang sehingga ia mempunyai penghasilan; 
c. sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya; 
d. menghindari paktik yang tidak adil antara pemilik kebun dan penggarap; 
e. harta tidak hanya beredar pada orang kaya saja (pemerataan kesejahteraan); 
f. mengikuti Sunah Rasulullah. 


separador

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Followers